Pernahkah kalian sadar isi feed beranda sosial media kalian isinya tentang hal yang sama? atau beranda YouTube yang berisi video - video yang sama? Selamat! anda sudah terkurung dalam Filter Bubble.
Apa itu FILTER BUBBLE? Filter Bubble adalah istilah yang menggambarkan bagaimana algoritma menentukan informasi apa saja yang akan kita temukan di internet.
Eli Pariser adalah orang yang mencetuskan istilah filter bubble. Menurutnya, filter bubble akan memperkuat bias setiap orang. Sehingga mereka akan terus percaya tentang satu informasi tanpa pernah tau informasi yang lain.
Bagaimana Filter Bubble Bekerja
Filter Bubble akan mengumpulkan data dari konten yang sering kita cari, suka atau share, yang nantinya dari data tersebut bisa diambil kesimpulan tentang hal yang kita sukai.
Sehingga algoritma ini akan terus “mencekoki” konten - konten dari kesimpulan tersebut kepada kita. Contoh mudahnya seperti ini.
Misal nih, anbi suka dengan sama hal - hal berbau Anime dan Manga, sering banget anbi mencari informasi - informasi tentang “anime itu”, “manga ini” atau “karakter ini itu” di berbagai sosial media yang anbi gunakan.
Tanpa anbi sadari, ternyata di feed Instagram, Facebook dan YouTube anbi berisi hanya hal - hal berbau Anime dan Manga.
Dalam pikiran anbi “Oke nih, hal - hal yang ku pengen udah langsung ada di beranda, gaperlu ribet nyari - nyari lagi”. Tapi apakah benar seperti itu?
Ternyata, setelah beberapa waktu berlalu mulai lah anbi sadar, bahwa informasi yang sering anbi dapatkan hanyalah tentang Anime dan Manga.
Gak pernah anbi dapet tentang informasi teknologi saat ini, bahasa pemrograman yang sedang ngetrend ataupun library - library yang bermanfaat, bahkan informasi yang lain pun seakan hilang dalam feed beranda sosial media anbi.
Dan setelah itu anbi menyadari bahwa pengetahuan informasi anbi sudah TERKURUNG oleh FILTER BUBBLE.
Sudut Pandang Yang Terkurung
Algoritma ini juga mengakibatkan kita seakan - akan merasa yang paling benar terhadap suatu informasi yang beredar di sosial media kita. Efek ini disebut juga dengan Echo Chamber.
Echo Chamber adalah ruang tempat kita hanya mendengar apa yang kita teriakkan tanpa mau tahu kondisi nyata. Efek ini terjadi karena algoritma peminatan yang ada di sosial media.
Sehingga kita hanya disudutkan oleh informasi - informasi terntentu yang sering kita cari atau sukai. Hal ini berakibat kita kekurangan informasi cukup dan mengkerucutkan sudut pandang kita.
Contoh paling nyata adalah seperti ini, Misal kita orang yang membenci politikus Alpha. Kita sering mencari video - video di YouTube yang berkaitan tentang kesalahan dan kekurangan politikus Alpha.
Sehingga algoritma Filter Bubble ini akan terus menyuguhkan video - video yang menjelekan politikus Aplha dalam beranda kita. Tanpa kita pernah tau bagaimana sudut pandang dari video - video yang mendukung politikus Alpha.
Akibat dari hal ini, kita merasa yang paling tahu tentang kejelekan Politikus Alpha tanpa mengetahui keunggulannya, inilah yang disebut dengan efek Echo Chamber.
Hal ini juga berlaku di sosial media seperti Facebook ataupun Instagram. Inilah salah satu contoh bahaya algoritma ini. Mungkin banyak manfaat yang kita dapatkan, tapi jangan lupa efek yang diciptakan oleh algoritma ini.
Keluar Dari Algoritma Filter Bubble
Lalu bagaimana cara kita keluar dari algoritma tersebut? Caranya mudah, tapi butuh proses yang panjang untuk membiasakan diri.
- Cari wawasan sebanyak - banyaknya dan jangan terpaku dalam satu sumber.
- Gunakan beberapa akun sosial media, dan ciptakan masing - masing Echo Chamber dengan informasi yang berbeda - beda.
- Bersikap netral dalam menelaah informasi yang ada.
Percaya atau tidak terhadap suatu informasi adalah pilihan kalian, akan tetapi ambil sisi positif dari informasi tersebut dan telaah sisi negatif informasi tersebut.
“Kebohongan yang diucapkan terus-menerus, niscaya akan dipercaya sebagai sebuah kebenaran” -Goebbels
Kita tidak pernah tau informasi yang beredar di internet digunakan untuk tujuan apa? dibuat oleh siapa? berasal dari mana?.
Mungkin saja konten itu dibuat oleh anak umur 12 tahun yang berada dirumah dengan sumber yang diputar balikan faktanya. Kita tidak pernah tau.
Maka dari itu, yuk para sahabat - sahabat anbi, kita cari terus informasi sebanyak - banyak nya sehingga kita TIDAK TERKURUNG DALAM PEMIKIRAN BUATAN INI.